Rabu, 14 Desember 2011

RESENSI NOVEL AYAT-AYAT CINTA

Kata Pengantar
          Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Resensi Novel “Ayat-ayat Cinta”
          Sebagai tugas dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia pada semester 1 sebagai syarat memenuhi ketuntasan belajar. Kami menyadari bahwa makalah ini tentu masih ada kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk kesempurnaan.
          Ahir kata kami ucapkan terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Cianjur,  November 2011



BAB I
PENDAHULUAN

a.    Isi Novel 
Novel ini bercerita tentang perjalanan cinta dua anak manusia yang berbeda latar belakang dan budaya. Yang satu adalah mahasiswa Indonesia yang sedang studi Universitas Al-Azhar Mesir, dan yang satunya lagi adalah mahasiswi asal Jerman yang kebetulan juga sedang studi di Mesir. Kisah percintaan ini berawal ketika mereka secara tak sengaja bertemu dalam sebuah perdebatan sengit dalam sebuah metro (sejenis trem). 
b.    Tujuan Pengarang
·         Menuliskan imajinasi yang ada dipikiran pengarang dan mengembangkan cerita itu ke dalam sebuah paragraf (sebuah buku)
·          Memberikan efek emosional, membuat seseorang termotivasi bahkan terhibur
c.    Tujuan Penyusunan Resensi Novel
·         Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
·         Untuk menambah wawasan dan mengasah kemampuan untuk membuat resensi
·         Untuk melatih diri dalam bekerja dan kami ingin memberitahukan kepada seluruh masyarakat tentang isi novel ini layak atau tidak untuk dibaca.
d.    Manfaat Novel 
·         Merupakan media penyaluran dakwah kepada siapa saja yang ingin mengetahui lebih banyak tentang islam.
·         Dengan membaca novel ini kita dapat mengetahui geografi kota Mesir serta sosial budaya Timur Tengah tanpa harus pergi ke sana.
·         Memberikan contoh kepada kita tentang sebuah pernikahan yang baik dan sesuai syariat Islam.



BAB II
PEMBAHASAN
Resensi Novel “Ayat-ayat Cinta”
Mencintai-Nya Menuntunku Pada Cintamu
Judul Novel       :    Ayat-Ayat Cinta
ISBN                   :    979-3604-02-6
Penulis              :    Habiburrahman El-Shirazy
Penerbit             :    Republika
Cetakan             :    Pertama, Desember 2004
Tebal Buku        :    419 halaman
PENGANTAR
Ayat-ayat cinta adalah sebuah novel 419 halaman yang ditulis oleh seorang novelis muda Indonesia kelahiran 30 September 1967 yang bernama Habiburrahman El-Shirazy. Ia adalah seorang sarjana lulusan Mesir dan sekarang sudah kembali ke tanah air. Sepintas lalu, novel ini seperti novel-novel islami kebanyakan yang mencoba menebarkan dakwah melalui sebuah karya seni, namun setelah ditelaah lebih lanjut ternyata novel ini merupakan gabungan dari novel islami, budaya dan juga novel cinta yang banyak disukai anak muda. Dengan kata lain, novel ini merupakan sarana yang tepat sebagai media penyaluran dakwah kepada siapa saja yang ingin mengetahui lebih banyak tentang islam, khususnya buat para muda yang kelak akan menjadi penerus bangsa.
SINOPSIS
            Fahri bin Abdillah adalah pelajar Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al-Azhar. Berteman dengan panas dan debu Mesir. Berkutat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Bertahan dengan menjadi penerjemah buku-buku agama. Belajar di Mesir membuat Fahri dapat mengenal Maria, Nurul, Noura, dan Aisha.
Maria Grigis adalah tetangga satu flat Fahri, yang beragama Kristen Koptik tapi mengagumi Al-Qur’an dan mengagumi Fahri. Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayangnya, cinta Maria hanya tercurah dalam diary saja.
Sementara Nurul adalah anak seorang kyai terkenal, yang juga mengeruk ilmu di Al-Azhar. Sebenarnya Fahri menaruh hati pada gadis manis ini. Sayang, rasa mindernya yang hanya keturunan petani membuatnya tidak pernah menunjukkan rasa apa pun pada Nurul. Sementara Nurul pun menjadi ragu dan selalu menebak-nebak.
            Noura adalah tetangga Fahri, yang selalu disiksa Ayahnya sendiri. Fahri berempati penuh dengan Noura dan ingin menolongnya. Hanya empati saja, tidak lebih. Namun Noura yang mengharap lebih, dan nantinya ini menjadi masalah besar ketika Noura menuduh Fahri memperkosanya.
            Dan yang terakhir adalah Aisah. Si mata indah yang menyihir Fahri. Sejak sebuah kejadian di metro, saat Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku, Aisha jatuh cinta pada Fahri, dan Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.
            Lantas, siapakah yang nantinya akan dipilih Fahri? Siapakah yang akan dipersunting oleh Fahri? Siapakah yang dapat mencintai Fahri dengan tulus? Mari kita cari jawabannya dari sinopsis “Ayat-ayat Cinta” berikut.
            Fahri seang dalam perjalanan menuju Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Khaima, ujung utara kota Cairo, untuk talaqqi (belajar secara face to face pada seorang syaikh) pada Syaikh Utsman, seorang Syaikh yang cukup tersohor di Mesir.
            Dengan menaiki metro, Fahri berharap ia akan sampai tepat waktu di Masjid Abu Bakar As-Shiddiq. Di metro itulah ia bertemu dengan Aisha. Aisha yang saat itu dicacimaki dan diumpat oleh orang-orang Mesir karena memberikan tempat duduknya pada seorang nenek berkewarganegaraan Amerika, ditolong oleh Fahri. Pertolongan tulus Fahri memberikan kesan yang berarti pada Aisha. Mereka pun berkenalan. Terrnyata Aisha bukanlah gadis Mesir, melainkan gadis Jerman yang juga tengah menuntun ilmu di Mesir.
            Di Mesir Fahri tinggal bersama dengan keempat orang temannya yang juga berasal dari Indonesia. Mereka adalah Siful, Rudi, Hamdi, dan Misbah. Mereka tinggal di sebuah apartemen sederhana yang mempunyai dua lantai, di mana lantai dasar menjadi tempat tinggal Fahri dan empat temannya, sedangakan yang lantai atas ditempati oleh keluarga Kristen Koptik yang sekaligus menjadi tetangga mereka. Keluarga ini terdiri dari Tuan Boutros, Madame Nahed dan dua orang anak mereka, yaitu Maria dan Yousef.
            Walau keyakinan dan aqiqah mereka berbeda, tapi antara keluarga Fahri dan Tuan Boutros terjalin hubungan yang sangat baik. Terlebih Fahri dan Maria berteman begitu akrab. Fahri menyebut Maria sebagai gadis koptik yang aneh. Bagaimana tidak, Maria mampu menghafal surat Al-Maidah dan surat Maryam.
            Selain bertetangga dengan keluarga Tuan Boutros, Fahri juga mempunyai tetangga lain berkulit hitam yang perangainya berbanding 180 derajat dengan keluarga Boutros. Kepala keluarga ini bernama Bahadur. Istrinya bernama Madame Syaima dan anak-anaknya bernama Mona, Suzanna, dan Noura. Bahadur, Madame Syaima, Mona, dan Suzanna sering menyiksa Noura karena rupa serta warna rambut Noura yang berbeda dengan mereka. Noura berkulit putih dan berambut pirang. Ya, nasib Noura memang malang.
            Suatu malam, Noura diusir Bahadur dari rumah. Noura diseret ke jalam sambil dicambuk. Tangisannya memilukan, Fahri tidak tega melihat Noura diperlakukan demikian oleh Bahadur. Ia meminta Maria melalui sms untuk menolong Noura. Fahri tidak bisa menolong Noura secara langsung, karena Noura bukan muhrimnya. Maria pun bersedia menolong Noura malam itu. Ia membawa Noura ke flatnya. Fahri dan Maria berusaha mencari tahu siapa keluarga Noura sebenarnya. Mereka yakin Noura bukanlah anak Bahadur dan Madame Syaima. Dan benar, Noura bukanlah anak mereka. Noura yang malang itu akhirnya bisa berkumpul bersama orang-orang yang menyayanginya. Ia sangat berterima kasih pada Fahri dan Maria.
            Sementara itu, Aisha tidak dapat melupakan pemuda yang baik hati mau menolongnya di metro saat itu. Aisha rupanya jatuh hati pada Fahri. Ia meminta pamannya Eqbal untuk menjodohkannya dengan Fahri. Kebetulan, paman Eqbal mengenal Fahri dan Syaik Utsman. Melalui bantuan Syaik Utsman, Fahri pun bersedia untuk menikah dengan Aisha.
            Mendengar kabar pernikahan Fahri, Nurul menjadi sangat kecewa. Paman dan bibinya sempat datang ke rumah Fahri untuk memberitahu bahwa keponakannya sangat mencintai Fahri. Namun terlambat, Fahri akan segera menikah dengan Aisha. Malang benar nasib Nurul.
            Pernikahan Fahri dengan Aisha pun berlangsung. Fahri dan Aisha memutuskan untuk berbulanmadu di sebuah apartemen cantik selama beberapa minggu.
            Sepulang dari bulanmadu nya, Fahri mendapat kejutan dari Maria dan Yousef. Maria dan adiknya itu datang ke rumah Fahri untuk memberikan sebuah kado pernikahan. Namun Maria tampak lebih kurus dan murung. Memang, saat Fahri dan Aisha menikah, keluarga Boutros sedang pergi berlibur. Alhasil, begitu mendengar Fahri telah menjadi milik wanita lain dan tidak lagi tinggal di flat, Maria sangan terpukul.
            Kebahagiaan Fahri dan Aisha tidak bertahan lama, karena Fahri harus menjalani hukuman di penjara atas tuduhan pemerkosaan terhadap Noura. Noura teramat terluka saat Fahri memutuskan untuk menikah dengan Aisha. Di persidangan, Noura yang tengah hamil itu memberikan kesaksian bahwa janin yang dikandungannya adalah anak Fahri. Pengacara Fahri tidak dapat berbuat apa-apa, karena ia belum memiliki bukti yang kuat untuk membebaskan kliennya dari segala tuduhan. Fahri pun harus mendekam di bui selama beberapa minggu.
Satu-satunya saksi kunci yang dapat meloloskan Fahri dari fitnah kejam Noura adalah Maria. Maria lah yang bersama Noura malam itu (malam yang Noura sebut dalam persidangan sebagai malam di mana Fahri memperkosanya). Tapi, Maria sedang terluka lemah tak berdaya. Luka hati karena cinta yang bertepuk sebelah tangan membuatnya jatuh sakit. Tidak ada jalan lain, atas desakan Aisha, Fahri pun menikahi Maria. Aisha berharap, dengan mendengar suara dan merasakan sentuhan tangan Fahri, Maria tersadar dari koma panjangnya. Dan harapan Aisha menjadi kenyataan. Maria dapat membuka matanya dan kemudian bersedia untuk memberikan kesaksian di persidangan. Alhasil, Fahri pun terbebas dari tuduhan Noura. Dengan kata lain, Fahri dapat meninggalkan penjara yang mengerikan itu.
Noura menyesal atas perbuatan yang dilakukannya. Dengan jiwa besar, Fahri memaafkan Noura. Dan terungkaplah bahwa ayah dari bayi dalam kandungan Noura adalah Bahadur.
Fahri, Aisha, dan Maria mampu menjalani rumah tangga mereka dengan baik. Aisha menganggap Maria sebagai adiknya, demikian pula Maria yang menghormati Aisha selayaknya seorang kakak. Tidak ada yang menduga jika maut akhirnya merenggut Maria. Namun Maria beruntung karena sebelum ajal menjemputnya, ia telah menjadi seorang mu’alaf.
Dari buku kita tahu bahwa Fahri selalu “menjaga diri” di tengah wanita-wanita yang dekat dengannya. Hal itu Fahri lakukan karena rasa cintanya pada Yang Maha Kuasa. Fahri berusaha konsisten dengan prinsip dan ajaran agama yang ia pegang teguh. Cinta Fahri pada agama dan Sang Khalik menuntunnya pada cinta Aisha. Atas izin Allah, Fahri dan Aisha bersatu di bawah payung cinta yang tulus mengharapkan ridha-Nya.



KELEBIHAN NOVEL “AYAT-AYAT CINTA”
©      Ceritanya begitu menyentuh dan mengalir seakan pembaca mengalami berbagai problema yang melilit sang tokoh.
©      Penulis mengajak pembaca untuk mendalami islam dengan bahasanya yang menyejukkan.
©      Kisah-kisah hubungan antar manusia (kisah cinta) digambarkan secara menarik dan utuh tanpa harus terasa vulgar.

KEKURANGAN NOVEL “AYAT-AYAT CINTA”
¨      Noura frustasi karena tidak mendapatkan cinta Fahri. Lalu ia memfitnah Fahri dengan tuduhan yang kejam. Apakah benar ada seorang wanita yang seperti Noura di kehidupan nyata? Cinta tetaplah cinta, tidak akan berubah menjadi pisau yang dapat menusuk dari belakang.
¨      Seorang pria dicintai 4 orang wanita. Mungkinkah? Jika dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, rasanya aneh jika ada pria yang dikagumi bahkan digilai oleh 4 orang wanita sekaligus. Baik Aisha, Maria, Noura, dan Nurul menginginkan Fahri menjadi suaminya. Beruntung sekali tokoh Fahri! Mungkinkah hal yang demikian ada dalam kehidupan nyata?




PENUTUP

  1. Kesimpulan

Novel karya Kang Abik, panggilan untuk Habibburahman El Shirazy, ini memang cukup menarik. Sangat kental dengan suasana Timur Tengah dan kehidupan pelajar Indonesia di Mesir. Penuh motivasi, banyak pelajaran tentang nilai-nilai Islam yang bisa diambil dan juga mengharukan. Banyak orang yang menyebut karya ini sebagai novel pembangun jiwa. Ayat-Ayat Cinta adalah suatu karya yang hebat yang dapat memainkan perasaan dan emosi pembaca hingga hatinya teraduk-aduk dan mengharu biru. Siapa pun yang membacanya akan larut dalam suasana yang dikemas apik oleh penulis. Perpaduan kisah hubungan dua keluarga yang didalamnya terdapat toleransi agama antara Muslim dan Kristen Koptik (sebuah aliran agama Kristen yang banyak dianut oleh komunitas Kristen di Mesir) mengantar pembaca untuk mencerna lebih dalam rangkaian cerita yang terjadi. Alur cerita dimainkan oleh tokoh utama yang bernama Fahri, didukung oleh Nurul, Aisha dan Maria. Kisah cinta mereka mengalir dengan indah. Menurut Fahri, cinta sejati adalah cinta yang diberikan seseorang kepada pasangan hidupnya (istri/suami). Jadi menurutnya, cinta sebelum menikah adalah cinta semu. Walau Fahri punya rasa terhadap Nurul, namun akhirnya dia hanya dan harus memberikan cinta sejatinya kepada Aisha. Sedangkan bagi Nurul, Fahri adalah cinta sejatinya. Walau Fahri sendiri terus berusaha menyadarkan Nurul, agar dia bisa mencintai suaminya (kelak) sepenuh hati. Nurul sendiri merasa tidak dapat melupakan Fahri sepenuhnya, bahkan dia sempat membawa cintanya sampai mati walau bertepuk sebelah tangan.Alur cerita semakin menarik dengan hadirnya Maria, tetangga non muslim yang tinggal satu apartemen dengan Fahri. Ternyata Maria diam-diam juga menaruh hati kepada Fahri hingga ia menderita sakit parah berkepanjangan sampai akhir hayatnya.

B.   Saran

1. Redaktur 
Penerbit seharusnya mengadakan launching kumpulan novel-novel terbaru karya satrawan mudaagar lebih dikenal masyarakat.
2. Pengarang
• Pengarang seharusnya mencantumkan data diri lengkap agar pembaca mudah memahami latar  belakang kehidupan pengarang.
• Pengarang seharusnya memperjelas akhir dari cerita novelnya supaya lebih dimengerti oleh pembaca.
3. Pembaca
• Pembaca supaya mau membaca dan memahami maksud dari isi cerita dari pengarang.
• Pembaca dituntu untuk mengambil segi positif yang ada di dalam novel.

3 komentar: